KEPRIBADIAN MUSLIM
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih
tetap biasa menikmati indahnya alam cipataan-Nya. Sholawat dan salam tetaplah
kita curahkan kepada baginda Habibillah Muhammad Saw. yang telah menunjukkan
kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurnanya dengan bahasa
yang sangat indah.
Kami akhirnya dapat merasa sangat bersyukur karena telah
menyelesaikan makalah yang kami beri judul Kepribadian
Muslim sebagai tugas mata kuliah Sosiologi Pendidikan Islam.
Kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua teman-teman yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini.
Dan Kami memahami jika makalah ini tentu
jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna
memperbaiki makalah kami dilain waktu.
Makalamu, Juli 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A.
Latar
Belakang ........................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah ....................................................................... 2
C.
Tujuan
Masalah ........................................................................... 3
BAB
II : PEMBAHASAAN
............................................................................ 3
A.
Pengertian
Kepribadiaan muslim ................................................ 3
B.
Fitrah
sebagai dasar kepribadiaan muslim ................................... 8
C.
Faktor
– faktor yang mempengaruhi terbentuknya kepribadiaan muslim 9
D.
Kepribadiaan
muslim sebagai
tujuan pendidikan islam ............... 15
BAB
III : PENUTUP ........................................................................................ 18
Kesimpulan ................................................................................. 18
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia
bukanlah malaikat yang lepas dari kesalahan dan dosa, sanggup beribadah dan
bertasbih selamanya, namun manusia juga bukan syaitan yang senantiasa salah,
sesat dan menyesatkan, akan tetapi manusia adalah makhluk yang diberikan dan
dibekali oleh allah akal dan nafsu ditambah lagi dengan qalbu kesinambungan
akal dan nafsu disertai dengan hati yang bersih menjadikan manusia mendapatkan
derajat yang tinggi dari malaikat
Kalau kita
tengok sejarah kebelakang sebelum islam itu datang, kita dapat temukan
referensi-referensi tentang bejad dan tercelanya sifat para kaum-kaum jahiliyah
yang tidak mempunyai peradaban yang murni mereka hanya mengumbar nafsu belaka
tanpa mementingkan etika yang baik dan mulia. Ini semua adalah disebabkan
oleh tidak adanya aturan dalam hidup, oleh sebab itu Allah SWT mengutus seorang
nabi yang merupakan nabi dan rasul terakhir yang diutus hingga akhir zaman
untuk menyempurnakan akhlak dimuka bumi ini terkhusus bagi bangsa arab sendiri
sebagaimana diterangkan dalam hadist berikut:
انما بعثت لاتمم
مكارم الاخلاق
Artinya:
‘‘Sesungguhnya aku (Muhammad) di utus untuk menyempurnakan akhlak’’
Hadits diatas
menunjukan kepada kita, bahwa benar-benar nabi kita Muhammad SAW diutus untuk
menyempurnakan dan memaksimalkan akhlak baik di dunia ini, karena dengan akhlak
baiklah maka kan berbuah syurga yang dinanti
Maka dengan
adanya pengutusan nabi dan rosul terakhir ini terbukti adanya perubahan yang
sangat signifikan yang merubah dari zaman kegelapan menjadi zaman terang
benderang.Keadaan ini pun berlangsung sangat lama karena benar-benar pengaruh
nabi Muhammad begitu terasa.
B. Rumusan
Masalah
Untuk memudahkan pembahasannya maka akan dibahas masalah sesuaidengan latar
belakang diatas yakni sebagai berikut :
a. Apa yang
dimaksud dengan pengertian kepribadian muslim?
b. Bagaimana
fitrah yang menjadi dasar kepribadian muslim?
c. Hal-Hal apa
saja yang menjadi faktor-pembentukan
kepribadian muslim?
d. Apa yang
menjadi dasar / tujuan kepribadian muslim?
C.
Tujuan Masalah
Tujuan yang dicapai dalam
pembuatan makalah Kepribadian Muslim adalah :
1.
Mahasiswa diharapkan mampu
mengerti tentang
apa yang dimaksud dengan kepribadian muslim.
2.
Mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang
fitrah yang menjadi dasar kepribadian
muslim.
3.
Mahasiswa diharapkan mampu menganalisis faktor
– faktor pembentukan kepribadian muslim.
4.
Mahasiswa diharapkan mampu
memecahkan sesuatu
yang menjadi dasar / tujuan kepribadian muslim.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kepribadiaan Muslim
1.
Pengertian Kepribadian
Muslim
Muslim
berarti orang islam. Kata “islam” seakar dengan kata al- salâm.
al-salm dan al-silm yang berarti damai dan aman; dan kata “al-salm”,
“al-salâm” dan “al-salâmah” yang berarti bersih dan selamat dari cacat, baik lahir maupun
bathin. Orang yang berislam adalah orang menyerah, tunduk, patuh, dalam
melakukan perilaku yang baik, agar hidupnya bersih lahir dan bathin yang pada
gilirannya akan mendapatkan keselamatan dan kedamaian hidup di dunia dan
akhirat.
Secara
terminologi kepribadian muslim memiliki arti serangkaian perilaku normatif
manusia, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial yang normanya
diturunkan dari ajaran islam dan bersumber dari Al-Quran dan al-Sunnah.[1] Arti dalam kamus
besar bahasa Kepribadian atau “personality” berasal dari bahasa Yunani, yakni
dari kata “proposon” yang berarti topeng (masker) yang biasa digunakan oleh
bangsa Yunani kuno untuk bermain sandiwara, atau berasal dari bahasa Romawi
“personao” yang berarti pemain drama (sandiwara).
Personality berasal dari kata “person” yang secara
bahasa memiliki arti: (1) an individual human being (sosok manusia sebagai
individu); (2) a common individual (individu secara umum); (3) a living human
body (orang yang hidup); (4) self (pribadi); personal existence or identity
(eksistensi atau identitas pribadi); dan (6) distinctive personal character
(kekhususan karakter individu).
Sedangkan dalam bahasa Arab , pengertian etimologis
kepribadian dapat dilihat dari pengertian dari term-term pandangannya. Seperti
huwiyah, aniyah, dzattiyah, nafsiyyah, khuluqiyyah, dan syakhshiyyah
sendiri. Masing-masing term ini meskipun
memiliki kemiripan makna dengan kata syakhshiyyah, tetapi memiliki keunikan
tersendiri.Oleh sebab itu dirasa perlu untuk menjelaskan masing-masing term
tersebut dan kemudian memilih satu diantaranya untuk mewakili pandangan term
personality.[2]
Pertengahan abad XIX didakwahkan sebagai abad
kelahiran psikologi kepribadian kontemporer didunia Barat. Saat inilah
Psikologi Kepribadian (dalam arti, personologi) dinobatkan sebagai disiplin
ilmu yang mandiri. Bersamaan abad ini pula, umat Islam telah bangun dari tidur
panjangnya. Mereka mencoba berbenah diri untuk mengejar ketinggalan yang ada,
khususnya dibidang sains. Oleh keadaan yang masih transisi inilah maka umat
Islam kurang berminat menggali khazanahnya sendiri.
Mereka lebih muncul kemudian adalah
diskursus-diskursus keilmuan Islam modern (baik filsafat maupun psikologi)
lebih akrab menggunakan istilah syakhshiyyah (personality) dari pada khuluq
(karakter). Pemilihan term ini bukan tidak beralasan bahkan suatu kesengajaan.
Tujuan utamanya adalah agar diskursus ilmu keislaman lebih dikenal oleh dunia
lain. Isi dan substansinya mencerminkan nilai-nilai universal Islam, sementara
simbol dan “bungkus”nya mengadopsi dari Barat.
Perubahan semantik ini tidak mengubah konsep
aslinya, sedangkan kedua term itu jelas-jelas dibedakan dalam diskursus
psikologi. Terlebih lagi jika term itu dihadapkan pada orang awam, apakah hal
itu tidak semakin memasukkannya kedalam “liang biawak”.
Nabi Adam a.s.. pertama kali diajarkan ilmu oleh Allah SWT hanya
dengan asma’ (nama-nama) (QS Al Baqarah[2]:30).
Artinya
: ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya
aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Bukankah hal
ini menunjukkan pentingnya sebuah nama? Nama identik dengan terminologi, dan
terminologi ekuivalen dengan konsep, sedangkan konsep merupakan produk penting
dari akal budi manusia. Melalui sebuah nama seringkali seseorang menemukan
gambaran mengenai karakteristik sesuatu, minimal mengetahui apa dan siapa yang
diberi nama itu. Nama menunjukkan identitas dan eksis-nya sesuatu.[3]
Terlepas dari segala kelemahan dan kelebihan
masing-masing term tersebut, penulisan dalam konteks ini lebih cenderung
menggunakan istilah syakhshiyyah (lengkapnya syakhshiyyah islamiyah) untuk
pandangan personality. Selain secara psikologis sudah popular, term ini
mencerminkan makna kepribadian lahir dan batin. Ia tidak dipahami kecuali
dengan makna kepribadian. Sedangkan khuluq memiliki ambiguitas makna, dan
secara psikologis kurang popular didalam diskursus komtemporer. Pemilihan term
ini hanya berkaitan dengan “penyebutan” bukan berkaitan dengan substansi
konseptulnya.
Kata
kepribadian telah menjadi kosa kata umum dalam percakapan sehari-hari, tidak
jarang dari kita yang belum paham benar pengertian kepribadian secara etimologi
maupun menurut pendapat para ahli.
Dalam
literatur ilmu jiwa kata kepribadian secara etimologi berasal dari kata
personality (bahasa Inggris) ataupun persona (bahasa latin), yang berarti kedok
atau topeng. Yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain panggung,
maksudnya untuk menggambarkan prilaku, watak, atau pribadi seseorang.
Sementara
itu Drs. Suparlan Suryapratondo
mengatakan, kata personality sebagai padanan kata kepribadian, selain berarti
kedok atau topeng juga berarti menembus (personare). Maksudnya pemain sandiwara
itu melalui kedoknya berusaha menembus keluar untuk mengekspresikan satu bentuk
gambaran manusia tertentu.
Tidak jauh berbeda apa yang ditulis Afifuddin.dkk,
yang mengatakan:
Kepribadian atau “personality” berasal dari bahasa Yunani, yakni dari kata “proposon” yang berarti topeng (masker) yang biasa digunakan oleh bangsa Yunani kuno untuk bermain sandiwara, atau berasal dari bahasa Romawi “personao” yang berarti pemain drama (sandiwara).
Kepribadian atau “personality” berasal dari bahasa Yunani, yakni dari kata “proposon” yang berarti topeng (masker) yang biasa digunakan oleh bangsa Yunani kuno untuk bermain sandiwara, atau berasal dari bahasa Romawi “personao” yang berarti pemain drama (sandiwara).
Dari
makna kata tersebut diatas kemudian terumuskan pengertian kepribadian, antara
lain oleh Gordon W. allpert mengatakan: Kepribadian adalah oganisasi
yang dimanis di dalam individu dari sistem-sistem psikophisik yang menentukan
penyesuaian diri yang unik terhadap lingkungannya.
Drs.
Agus sujanto, dkk
merumuskan bahwa : Kepribadian adalah suatu totalitas psikophisik yang komplek
dari individu, sehingga nampak di dalam tingkah lakunya yang unik.
Dalam
jiwa kepribadian, Drs. Suparlan Suryapratondo menulis definisi
kepribadian sebagai berikut: “Kepribadian adalah suatu totolitas terorganisir
dari disposisi-disposisi psychis manusia yang individual, yang memberi
kemungkinan untuk memperbedakan ciri-cirinya yang umum dengan pribadi lain.
Prof.
F. Patty, MA. Dkk,
dalam bukunya pengantar Psikologi Umum, menyusun definisi kepribadian dari
berbagai segi yaitu: pengertian personality dari segi etimologi, filsafat,
hukum, sosiologi, dan psikologi.
Dalam bahasan ini, penulis hanya akan memuat pengertian kepribadian dari segi psikologi. Pengertian menurut Prof. F. Patty MA.dkk, yang dikutip dari pendapat psikologi lain, diantaranya adalah Prince yang mengatakan:
“Kepribadian adalah jumlah dari keseluruhan unsur-unsur biologis, dorongan, kecenderungan, keinginan-keinginan dan naluri-naluri individu, dan juga disposisi serta kecenderungan yang berasal dari pengamalan.”
Dalam bahasan ini, penulis hanya akan memuat pengertian kepribadian dari segi psikologi. Pengertian menurut Prof. F. Patty MA.dkk, yang dikutip dari pendapat psikologi lain, diantaranya adalah Prince yang mengatakan:
“Kepribadian adalah jumlah dari keseluruhan unsur-unsur biologis, dorongan, kecenderungan, keinginan-keinginan dan naluri-naluri individu, dan juga disposisi serta kecenderungan yang berasal dari pengamalan.”
Pengertian
kepribadian lainnya dikemukakan oleh Warren dan carmichel yang mengatakan:“Kepribadian
adalah keseluruhan organisasi manusia pada setiap tingkat perkembangan.”
Selain
Warren dan Carmichel, A. Geesell juga mengemukakan pengertian kepribadian
sebagai berikut:“Kepribadian adalah suatu perwujudan yang menampakkan
integritas dan ciri-ciri tingkah laku yang khas dari organisasi itu.”
Dalam
hal ini bagaimana pengertian kepribadian muslim menurut konsepsi Islam untuk
memperoleh kejelasan tentang kepribadian yang dimaksud, akan kita tinjau mengenai
teori-teori tentang kepribadian terlebih dahulu. Kepribadian merupakan hasil
dari suatu proses sepanjang hidup. Kepribadian tidak terbentuk secara mendadak,
tetapi terbentuk melalui proses kehidupan yang panjang. Kepribadian bukan terjadi dengan
serta merta, akan tetapi terbentuk melalui proses kehidupan yang panjang. Oleh
karena banyak faktor yang ikut dalam bagian pembentukan kepribadian manusia
tersebut. Dengan demikian, kepribadian seseorang itu baik atau buruk, kuat atau
lemah, beradap atau biadab, sepenuhnya ditentukan oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi dalam perjalanan hidup seseorang tersebut, disamping tentunya
faktor pembawaan. Dalam hal ini pendidikan sangat besar peranannya dalam
pembentukan kepribadian manusia atau anak didik
Secara
definitif kepribadian itu dapat dirumuskan sebagai berikut:
·
Suatu
perwujudan keseluruhan segi manusiawinya yang unik lahir batin dan dalam antar
hubungannya dengan kehidupan sosial dan individualnya.
·
Organisasi
dinamis daripada sistem-sistem psychophisik dalam individu yang turut
menentukan cara-caranya yang unik(khas) dalam menyelesaikan dirinya dengan lingkungannya.
·
Kepribadian
adalah keseluruhan dari ciri-ciri dan tingkah laku dari seseorang
(characteristics and behavior). Sehingga kepribadian meliputi juga kecerdasan,
kecakapan, pengetahuan, sikap, minat, tabiat, kelakuan, dan sebagainya.
Dari
ketiga definisi
tersebut nampak jelas bahwa kepribadian itu adalah hasil dari suatu proses
kehidupan yang di jalani seseorang.Oleh karena proses yang dialami tiap orang
itu berbeda-beda. Tak ada kepribadian yang sama antara dua orang individu,
meskipun saudara kembar yang berasal dari satu sel telur sekalipun.
Yang
di maksud dengan pengertian muslim adalah orang yang secara konsekuen bersikap
hidup sesuai dengan ajaran Qur’an dan Sunnah.
Dari penjelasan diatas dapat diambil pengertian bahwa yang dimaksud dengan kepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspek aspeknya yakni baik tingkah laku luarnya, kegiatan-kegiatan jiwanya, maupun filsafat hidup dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada Tuhan penyerahan diri kepadanya.
Dari penjelasan diatas dapat diambil pengertian bahwa yang dimaksud dengan kepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspek aspeknya yakni baik tingkah laku luarnya, kegiatan-kegiatan jiwanya, maupun filsafat hidup dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada Tuhan penyerahan diri kepadanya.
B.
Fitrah sebagai dasar kepribadiaan muslim
manusia memiliki fitrah jasmani sebagai struktur biologis kepribadiannya
dan juga memiliki struktur fitrah ruhani sebagai struktur psikologis
kepribadiannya. Gabungan keduanya disebut dengan fitrah nafsani yang merupakan struktur
psikopisik kepribadian manusia.
Fitrah nafsani
memiliki tiga daya, yaitu
(1) kalbu sebagai fitrah ilahiyah yang
merupakan aspek supra kesadaran menusia yang berfungsi sebagai daya emosi
(rasa);
(2) akal sebagai fitrah insaniyah merupakan
aspek kesadaran
menusia yang berfungsi sebagai daya kognitif (cipta);
menusia yang berfungsi sebagai daya kognitif (cipta);
(3) nafsu
(fitrah) hayawaniyah sebagai aspek pra atau bawah kesadaran manusia yang
berfungsi sebagai konasi (karsa). Ketiga komponen fitrah nafsani ini
berintegrasi untuk mewujudkan suatu tingkah laku.
C.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya
kepribadiaan muslim
Kepribadian di dalam pembentukannya tidak terlepas
dari berbagai faktor, baik faktor yang memang berasal dari dalam dirinya, atau
faktor yang datang dari luar. Atau dengan kata lain, kepribadian yang dimiliki
seseorang tidak hanya semata berasal dari dalam dirinya, melainkan perpaduan
dari berbagai faktor luar yang saling terkait antara satu dengan lainnya.
Adanya keterkaitan dari berbagai faktor yang tidak sama terhadap individu atau
masyarakat, pada gilirannya melahirkan pernedaan kepribadian.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
kepribadian seseorang, yaitu:
1.
Faktor Biologis
Yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani atau sering disebut
faktor psikologis. Faktor ini berasal dari keturunan atau pembawaan yang dibawa
sejak lahir. Yang mempunyai peranan pada beberapa unsur kepribadian dan
mempengaruhi tingkah laku seseorang.
Keadaan
seseorang turut mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang. Sebagai contoh
ekstrim adalah seseorang yang mempunyai cacat jasmani biasanya mempunyai ras
rendah diri, sehingga menjadi pemalu, pendiam, enggan bergaul. Demikian juga
system (jaringan) saraf, kalenjer, dan sebagainya merupakan gangguan biologis,
dapat mempengaruhi kepribadian seseorang, Seperti misalnya hipertensi dapat
menyebabkan seseorang menjadi pemarah. Sebaliknya bila hipotensi bisa
menjadikan seseorang mudah tersinggung.
2.
Faktor Psikologis
Kepribadian
seseorang dapat juga dipengaruhi oleh faktor psikologis, seperti perasaan,
dorongan, dan minat. Sebagai contohnya adalah seseorang yang kondisi ekonominya
lemah atau keluarga miskin, menyebabkan ia menjadi pemalu atau rendah diri.
3. Faktor Sosiologis
Pembentukan
kepribadian bisa terjadi karena pengaruh lingkungan sosialnya, seperti
lingkungan pergaulannya. yang dimaksud faktor sosial
adalah masyarakat, yakni manusia lain disekitar individu yang
mempengaruhi individu yang bersangkutan. Termasuk didalamnya adat
istiadat peraturan yang berlaku dan bahasa yang digerakkan. Sejak anak
dilahirkan sudah mulai bergaul dengan orang sekitar. Pertama-tama dengan
keluarga. Keluarga sebagai salah satu faktor sosial yang mempunyai posisi
terdepan dalam memberikan pengaruh terhadap pembentukan kepribadian anak. Bagaimanpun
juga keluarga terutama orang tua adalah pembina pribadi pertama dalam
hidup manusia sebelum mereka mengenal dunia luar.
Disamping keluarga, sekolah juga mempengaruhi pembentukan kepribadian anak.
Bahkan sekolah dianggap sebagai faktor terpenting setelah keluarga, sekolah
adalah merupakan jenjang kedua dalam pebentukan kepribadian muslim.
Dengan demikian nyatalah betapa besar pengaruh faktor sosial yang diterima
anak dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari dari kecil sampai besar terhadap
perkembangan dan pembentukan kepribadian seseorang.
4. Faktor Budaya (material/non-material)
a. Kebudayaan material yang ada disekitar kita bisa (tidak selalu) membentuk
kepribadian seseorang, dikarenakan adanya kebiasaan untuk berhubungan dengan
benda-benda tersebut, seperti:
1)
Orang bisa bersifat punktualistis (selalu
mengindahkan/tepat waktu) karena ia mempunyai arloji sehingga setiap saat ia
bisa memperhatikannya.
2) Orang bisa menjadi “alim” karena tempat tinggalnya
berdekatan dengan mesjid. Setiap saat ia sembahyang ia selalu melihat orang
disekitarnya pergi ke mesjid dengan berpakaian rapi, sopan, shaleh, takwa, dan
beriman. Lama kelamaan terkenallah ia
sebagai orang yang alim dan shaleh.
b.
Kebudayaan non-material (rohaniah) sebagai hasil cipta dan rasa manusia yang berupa nilai-nilai, norma,
ilmu pengetahuan, dan sebagainya sangat besar pengaruhnya terhadap kepribadian
seseorang.[4]
Misalnya seseorang yang berpedoman pada Al-Qur’an
dan Sunnah, maka setiap ia menyikapi sesuatu, tentu menggunakan pandangan
Al-Qur’an dan Sunnah.
Sebenarnya
faktor kebudayaan ini termasuk pula didalamnya faktor social. Karena kebudayaan
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Perkembangan dan pembentukan
kepribadian pada masing-masing orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan
masyarakat dimana seseorang itu dibesarkan. Karena setiap kebudayaan mempunyai
nilai yang harus dijunjung tinggi oleh manusia yang hidup dalam kebudayaan
tersebut. Mentaati dan mematuhi nilai dalam kebudayaan itu menjadi kewajiban bagi
setiap anggota masyarakat kebudayaan. Disamping
itu harus mempunyai kepribadian yang selaras dengan kebudayaan yang
berlaku dalam masyarakat.
5.
Faktor Lingkungan Alam Fisik
Misalnya
orang yang hidup didaerah pegunungan, umumnya sehat dan pemberani sedangkan
yang berasal dari daerah tandus/gersang biasanya keras dan ulet. Lingkungan dalam hal ini
lingkungan hidup manusia, yaitu segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang
berpengaruh terhadap sifat-sifat dan pertumbuhan manusia yang bersangkutan.
Oleh karena itu, lingkungan akan membentuk kepribadian dan kematangan
seseorang.
Alvin L Bertrand seorang Sosiolog
menyebutkan minimal ada empat faktor yang turut mempengaruhi pembentukan
kepribadian seseorang yaitu:
a.
Keturunan (warisan biologis)
b.
Lingkungan tempat
c.
Lingkungan social
Dari
keempat faktor di atas, tentunya memiliki kuantitas dan kualitas berbeda dalam
proses sosialisasi terhadap diri seseorang, bahkan proses sosialisasi itu sendirir
bisa jadi memiliki perbedaan pula. Sehingga pada gilirannya pembentukan
kepribadian seseorangpun dimungkinkan terjadinya perbedaan.
1) Keturunan (Warisan Biologis)
Dikatakan
warisan biologis, mengingat dalam pembentukan kepribadian seseorang melihat
pada aspek psikis dan fisik seseorang. Warisan biologis atau dengan istilah
lain disebut “hereditas” semisal
naluri, bakat, perangai, termasuk pula bentuk tubuh, jenis kelamin, umur, dan
sebagainya, adalah modal dasar kepribadian seseorang.
Berdasarkan
faktor pembawaan masing-masing meliputi aspek jasmani dan rohani.Pada aspek
jasmani seperti perbedaan bentuk fisik, warna kulit, dan cirri-ciri fisik
lainnya.Sedangkan pada aspek rohaniah seperti sikap mental, bakat, tingkat
kecerdasan, maupun sikap emosi.[6]
2) Lingkungan
tempat
Lingkungan
tempat adalah semacam lingkungan geografis. Termasuk lingkungan geografis ini
wilayah atau daerah, iklim, cuaca di mana manusia tinggal. Lingkungan geografis
ini tidak jarang mempunyai arti yang cukup penting dalam mempengaruhi
pembentukan kepribadian seseorang atau masyarakat.
Berbicara
masalah pengaruh lingkungan geografis terhadap pembentukan kepribadian
seseorang atau masyarakat. Ibnu Khaldun seorang filosof dan sosiolog Islam
secara tegas dan panjang lebar melukiskan hal ini dalam kitabnya “al-I’tibar”
(terjemahan Ibnu Khaldun tentang Sosial dan Ekonomi). Menurutnya “Manusia yang
berdiam di daerah beriklim sedang, seimbang keadaanya, potongan badannya baik,
warna kulitnya, sifat tabiatnya dan keadaan-keadaan lain pada umumnya.
3) Lingkungan Sosial
Yang
dimaksud lingkungan sosial di sini adalah pengaruh sosial dari seseorang
terhadap individu atau kelompok terhadap individu, di mana pengaruh sosial ini
sangat intend an penuh keikhlasan.
Pengaruh
lingkungan social terhadap pembentukan kepribadian di sini hanya berdasar
pengalaman kelompok sosial di mana seseorang berada. Kehidupan seseorang yang
tinggal dan dibesarkan dalam kelompok sosial “Panti Asuhan” dengan berbagai
ketentuan dan aturan yang berlaku dalam kelompok social, sedikit banyak
berpengaruh terhadap kepribadiaannya. Sebab di tempat kelompok sosial inilah
dia belajar loyalitas, simpati, respon, pengabdian dan bekerjasama dengan ciri-ciri
atau sifat-sifat kepribadian lainnya.
4) Lingkungan Kebudayaan
Lingkungan
budaya ini tidak jarang menimbulkan pengaruh yang cukup besar terhadap
pembentukan kepribadian seseorang.dan bahkan tidak menutup kemungkinan,
lingkungan yang satu ini sering menjadi kambing hitam dari terbentuknya kepribadian
seseorang.
Proses
seseorang untuk membentuk kepribadiannya sesuai dengan yang dimilikinya, tidak
semudah yang diharapkan. Kadangkala ia mengalami berbagai benturan. Untuk ini
ia harus pula memperhatikan kepribadian orang lain disekitarnya, apalagi
kepribadia itu sudah dibentuk berdasarkan pada budaya yang ada disekitarnya.
Karena itu dengan melihat kepribadian orang lain (lingkungan budaya) di
sekitarnya adalah sangat penting sekali untuk membentuk dirinya menjadi manusia
yang berkepribadian sesuai dengan kepribadian orang lain (masyarakat) yang ada
disekitarnya.
Berbarengan
dengan moment-moment diatas, proses sosialisasi juga berlangsung. Orang harus mempelajari
norma, dan nilai yang berlaku di tengah masyarakat yang dihadapinya guna
menjalani proses pemasyarakatan. Dalam kaitan ini diperlukan adanya penyesuaian
(adaptasi) kepribadian yang asli (warisan biologis) dengan jalan melihat pada
kepribadian orang lain yang berada di luar dirinya, apakah dalam lingkungan
rumah tangga, sekolah, atau masyarakat luas. Sejalan berlangsungnya proses
enkulturasi, yaitu proses yang dijalani seseorang dari mulai masa bayi terus
tumbuh dan berkembang, berhubungan, mengenal dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan budaya yang ada disekitarnya, dimana pola-pola dan cita-cita itu
membentuk kepribadiannya. Bahkan akhirnya, pola dan cita-cita tersebut menjadi
miliknya pula. Ia merasakan sudah menyatu dengan situasi dan kondisi lingkungan
budaya yang berada di sekitarnya.
Lingkungan
budaya yang berada di luar dirinya, sedikit banyak turut memaksa terhadap
kepribadian asli (warisan biologis) yang ada dalam dirinya. Seseorang tidak
bebas sewenang-wenang berjalan sesuai dengan konsep kepribadian yang ada dalam
dirinya. Ia harus sadar, melihat pada kenyataan bahwa, konsep kepribadian yang
selama ini telah dilakukannya bertentangan dengan konsep kepribadian yang ada
di luar dirinya. Dia harus mampu menyesuaikan konsep kepribadiannya dengan
konsep kepribadian yang ada diluar dirinya. Kalau konsep yang ada diluar
dirinya dilakukannnya, maka ia akan mendapat pujian, atau paling tidak dia aman
dari gunjingan orang lain, tetapi seandainya konsep kepribadian yang
dikembangkannya tidak sejalan atau bahkan bertentangan dengan konsep kepribadian
yang ada diluar dirinya, dalam masyarakatnya, maka tidak mustahil akan mendapat
hukuman, berupa celaan dan hinaan.
Itulah
sebabnya setiap orang yang ingin mengembangkan kepribadian yang dimilikinya
(warisan biologis/hereditas), sedikit banyak akan menemukan kesulitan,
mengingat konsep kepribadian yang dimilikinya itu tidak sepenuhnya sejalan
dengan konsep kepribadian yang ada dan berkembang dalam masyarakat.
Kemungkinan
itu
selalu ada, sebab setiap manusia tidak selalu memiliki kepribadian yang sama.
Justru di sinilah letaknya, seseorang harus sadar diri, bercermin pada
lingkungan budaya yang berada di luar dirinya. Untuk kemudian kepribadian yang
dimilikinya itu disesuaikan (adjustment) dengan lingkungan budaya yang berlaku
ditengah masyarakat.
Selain
ke empat faktor diatas, faktor lain yang juga turut menjadi faktor penentu
dalam pembentukan kepribadian seseorang, diantaranya ajaran agama, pendidikan,
penglaman dan cita-cita, dan lainnya.
a) Ajaran Agama
Menurut
Soerjono Soekanto “agama juga mempunyai pengaruh yang besar untuk membentuk
kepribadian seseorang individu. Terlepas agama yang dimaksud disini apakah
agama samawi atau agama budaya, bahkan termasuk semua kepercayaan yang dimiliki
oleh individu atau masyarakat yang bersangkutan.
Adanya
ketergantungan dengan dunia luar, dalam hal ini sesuatu yang gaib, yang
dianggap super dalam istilah lain disebut “Tuhan”, akan mendorong seseorang
untuk menuruti ketentuan terhadap “sesuatu” yang diyakini menjadi aturan main
untuk mencapai atau mendekati Tuhan. Karena itu hamper setiap agama punya
ajaran yang merupakan pedoman, jalan, untuk mencapai kebahagiaan pengikutnya.
b)
Pendidikan
Konsep pendidikan yang dikehendaki di sini
adalah adanya kesengajaan oleh pihak tertentu untuk memberikan pengetahuan atau
keterampilan kepada seseorang.
c)
Pengalaman
Pengalaman
kehidupan bisa merubah pola tingkah laku kehidupan seseorang untuk menjadi
lebih baik atau bisa juga terjadi sebaliknya akan menjadi buruk, disebabkan
pengalaman yang didapatkannya dalam pergaulan kehidupannya.
d)
Cita-cita
Cita-cita
seseorang boleh jadi akan merubah masa depannya untuk menjadi lebih baik,
tetapi kalau cita-citanya buruk itu juga akan berpengaruh buruk kepada dirinya.
Namun pada kenyataannya cita-cita itu banyak mengarah kepada positif untuk kehidupan yang lebih baik bagi masa depannya.
D.
Kepribadian muslim sebagai tujuan pendidikan Islam
Menjadi diri
sendiri harus dimulai dari nalar berpikir kearah mana tujuan hidup individu
selama dia hidup. Adapun tujuan yang diinginkan dalam membentuk kepribadian
yaitu:
a. Membentuk sikap
disiplin terhadap waktu,
b. Mampu
mengendalikan hawa nafsu,
c. Memelihara diri
dari perilaku menyimpang,
d. Mengarahkan
hidup menuju kepada kebaikan dan tingkah laku yang benar,
e. Mempelajari
perubahan-perubahan dalam gaya hidup,
f. Meningkatkan
pengertian diri, nilai-nilai diri, kebutuhan diri, agar dapat membantu orang lain melakukan hal yang
sama, dan
g. Mengembangkan
perasaan harga diri dan percaya diri melalui aspek dukungan dan tanggung
jawab yang bersifat timbal balik.
Dalam islam,
pendidikan mengacu pada tujuan hidup manusia itu sendiri. Dalam hakikat tujuan
hidup manusia adalah mengabdikan dirinya pada Tuhan, dengan penyerahan mutlak.
Dengan kata lain sorang muslim selalu mengaitkan segala aktifitas kegiatannya
dengan melihat dan menyesuaikannya di atas ketentuan norma – norma yang
ditetapkan Allah.
Pendidikan
islam adalah sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk
memimpin kehidupannya, sesuai dengan cita-cita islam karena nilai-nilai islam
telah menjiwai kepribadian seseorang dan mempedomani kehidupan manusia muslim
dalam aspek duniawi dan ukhrawi.[7]
Muhammad Omar al-Toumy al-Syaibani mengatakan, bahwa tujuan pendidikan
islam adalah untuk mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai nilai akhlak
al-karimah.
Adapun beberapa tujuan dalam pendidikan islam antara lain:[8]
a. Membimbing manusia agar dapat
menempatkan diri dan berperan sebagai individu yang taat dalam menjalankan
ajaran agama allah,
b. Pembentuk sikap takwa,
c. Menumbuhkan pola kepribadian
manusia yang sempurna,
d. Menegakkan kebenaran dalam
rangka membentuk manusia yang berbudi luhur menurut ajaran islam,
e. Penguasaan ilmu terhadap agama
islam,
f. Mencapai keseimbangan
pertumbuhan pribadi manusia secara menyeluruh melalui latihan-latihan kejiwaan,
akal pemikiran, kecerdasan, dan pancaindra,
g. Pembentuk kepribadian yang
akhlakul karimah,
h. Menopang keselamatan dan
kesejahteraan hidup didunia sesuai dengan perintah syari’at islam, dan
i. Memiliki keterampilan yang
serasi dengan bakat yang dimiliki.
Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan atau sasaran atau maksud, dalam bahasa arab
dinyatakan dengan ghayat atau maqasid. Sedangkan dalam bahasa inggris,
istilah tujuan dinyatakan dengan goal atau aim. Secara umum
istilah-istilah itu mengandung pengertian yang sama, yaitu perbuatan yang
diarahkan kepada suatu tujuan tertentu, atau arah, maksud yang hendak dicapai
melalui upaya atau aktifitas.[9]
Tujuan pendidikan Islam secara umum adalah untuk
mencapai tujuan hidup muslim, yakni menumbuhkan kesadaran manusia sebagai
makhluk Allah SWT agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang
berakhlak mulia dan beribadah kepada-Nya.[10]
Menurut Zakiah Daradjat Tujuan ialah suatu yang
diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Tujuan
pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia
merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan
seluruh aspek kehidupannya, yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi
"insan kamil" dengan pola taqwa. Insan kamil artinya manusia utuh
rohani dan jasmani, dapat hidup berkembang secara wajar dan normal karena
taqwanya kepada Allah SWT.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
kepribadian muslim sebagai tujuan pendidikan Islam yang dimaksud yaitu
seseorang yang berperilaku/berkepribadian sesuai dengan ajaran Islam yang
bersumber dari Al-Qur’an dan hadits agar menjadi insan kamil.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Kesimpulan
Kepribadiaan adalah Suatu
perwujudan keseluruhan segi manusiawinya yang unik lahir batin dan dalam antar
hubungannya dengan kehidupan sosial dan individualnya.Organisasi dinamis
daripada sistem-sistem psychophisik dalam individu yang turut menentukan
cara-caranya yang unik(khas) dalam menyelesaikan dirinya dengan lingkungannya.Kepribadian
adalah keseluruhan dari ciri-ciri dan tingkah laku dari seseorang
(characteristics and behavior). Sehingga kepribadian meliputi juga kecerdasan,
kecakapan, pengetahuan, sikap, minat, tabiat, kelakuan, dan sebagainya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
kepribadian seseorang, yaitu:
1. Faktor Biologis
2. Faktor Psikologis
3. Faktor sosiologi
4. Faktor Budaya ( Material/Non-Material)
5. Faktor Lingkungan Alam Fisik
Bahwasanya kepribadian
seseorang tumbuh dan berkembang atas dua kekuatan, yaitu kekuatan dari dalam
yang berupa faktor biologis, dan
faktor psikologis dan kekuatan dari luar yang berupa faktor sosiologis,faktor kebudayaan dan faktor
lingkungan alam. Dalam hal ini Ki Hajar Dewantara menggunakan faktor ajar bagi faktor
eksteral dan faktor dasar bagi faktor intern.
Tujuan
pendidikan Islam secara umum adalah untuk mencapai tujuan hidup muslim, yakni
menumbuhkan kesadaran manusia sebagai makhluk Allah SWT agar mereka tumbuh dan
berkembang menjadi manusia yang berakhlak mulia dan beribadah kepada-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin M, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1994).
Bastaman Hanna Djumhana,
Integrasi Psikologi dengan Islam,menuju Psikologi Islami(Yogyakarta
: Pustaka Pelajar, 1995)
Chasanah Siti Uswatun, Membentuk Kepribadian Islam http://oezs harming. blogspot.
com/2012/04/pembentukan-kepribadian-dalam. html.
Gunawan Ary H., Sosiologi
Pendidikan, (Jakarta: Rineke Cipta, 2010)
Jalaludin, Teologi Pendidikan Islam, Edisi Redivi,
(Jakarta : raja Grafindo Persada 2003)
Mujib Abdul, Ilmu Pendidikan Islam,
(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006)
Mujib Abdul, Kepribadiaan
Dalam Psikologi Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007)
Mujib Abdul, Kepribadian dalam psikologi islam, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2006).
Radiansyah, Sosiologi
Pendidikan (Banjarmasin : IAIN ANTASARI PRESS, 2012)
Ramayulis, Metedologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,
2010), Cet Ke-VI
Footnote
[1] Siti Uswatun Chasanah, “Membentuk Kepribadian
Islam”, di akses pada tanggal 15 Oktober 2012 dalam http://oezs-charming.blogspot.com/2012/04/pembentukan-kepribadian-dalam.html.
[2]Abdul mujib, Kepribadiaan Dalam Psikologi Islam,
(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007,hlm.18 – 19).
[3] Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam, menuju Psikologi
Islami (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1995, hlm, 3)
[4]Ary H. Gunawan,
Sosiologi Pendidikan, (Jakarta:
Rineke Cipta, 2010), h. 60-61
[5]
Radiansyah, Sosiologi Pendidikan (Banjarmasin : IAIN ANTASARI PRESS,
2012) h.55
[6] Jalaludin, Teologi
Pendidikan Islam, Edisi Revisi (Jakarta : raja Grafindo Persada 2003) h.
137
[7]
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi
Aksara, 1994).
[8] Abdul Mujib, Kepribadian dalam psikologi islam(jakarta: Raja Grafindo Persada,
2006).
[9]Ramayulis, Metedologi Pendidikan Agama
Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), Cet Ke-VI, h. 29.
[10]Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam,
(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), h. 78.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar