KEPRIBADIAN MUSLIM - MAKALAMU

Makalah

MAKALAMU

Berisi Makalah-Makalah Kuliah Semoga Bermanfaat

test banner

Post Top Ad

BLOGNYA ORANG NAGARA

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Kamis, 20 Juli 2017

KEPRIBADIAN MUSLIM

KEPRIBADIAN MUSLIM

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap biasa menikmati indahnya alam cipataan-Nya. Sholawat dan salam tetaplah kita curahkan kepada baginda Habibillah Muhammad Saw. yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurnanya dengan bahasa yang sangat indah.
Kami akhirnya dapat merasa sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang kami beri judul Kepribadian Muslim sebagai tugas mata kuliah Sosiologi Pendidikan Islam.
Kami  mengucapkan banyak terima kasih kepada semua teman-teman yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Dan Kami  memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki makalah kami dilain waktu.


Makalamu, Juli 2017


                                    Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................    i
DAFTAR ISI........................................................................................................   ii
BAB I      : PENDAHULUAN ............................................................................   1
A.  Latar Belakang  ...........................................................................   1
B.  Rumusan Masalah .......................................................................   2
C.  Tujuan Masalah ...........................................................................   3
BAB II    : PEMBAHASAAN ............................................................................   3     
A.      Pengertian Kepribadiaan muslim  ................................................   3
B.     Fitrah sebagai dasar kepribadiaan muslim  ...................................   8
C.     Faktor – faktor yang mempengaruhi terbentuknya kepribadiaan  muslim                 9
D.    Kepribadiaan  muslim sebagai tujuan pendidikan islam ............... 15
BAB III   : PENUTUP ........................................................................................ 18
                          Kesimpulan  ................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA                                           

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Manusia bukanlah malaikat yang lepas dari kesalahan dan dosa, sanggup beribadah dan bertasbih selamanya, namun manusia juga bukan syaitan yang senantiasa salah, sesat dan menyesatkan, akan tetapi manusia adalah makhluk yang diberikan dan dibekali oleh allah akal dan nafsu ditambah lagi dengan qalbu kesinambungan akal dan nafsu disertai dengan hati yang bersih menjadikan manusia mendapatkan derajat yang tinggi dari malaikat
Kalau kita tengok sejarah kebelakang sebelum islam itu datang, kita dapat temukan referensi-referensi tentang bejad dan tercelanya sifat para kaum-kaum jahiliyah yang tidak mempunyai peradaban yang murni mereka hanya mengumbar nafsu belaka tanpa mementingkan etika yang baik dan mulia. Ini semua adalah disebabkan oleh tidak adanya aturan dalam hidup, oleh sebab itu Allah SWT mengutus seorang nabi yang merupakan nabi dan rasul terakhir yang diutus hingga akhir zaman untuk menyempurnakan akhlak dimuka bumi ini terkhusus bagi bangsa arab sendiri sebagaimana diterangkan dalam hadist berikut:
انما بعثت لاتمم مكارم الاخلاق
Artinya: ‘‘Sesungguhnya aku (Muhammad) di utus untuk menyempurnakan akhlak’’
Hadits diatas menunjukan kepada kita, bahwa benar-benar nabi kita Muhammad SAW diutus untuk menyempurnakan dan memaksimalkan akhlak baik di dunia ini, karena dengan akhlak baiklah maka kan berbuah syurga yang dinanti
Maka dengan adanya pengutusan nabi dan rosul terakhir ini terbukti adanya perubahan yang sangat signifikan yang merubah dari zaman kegelapan menjadi zaman terang benderang.Keadaan ini pun berlangsung sangat lama karena benar-benar pengaruh nabi Muhammad begitu terasa.
B.     Rumusan Masalah
Untuk memudahkan pembahasannya maka akan dibahas masalah sesuaidengan latar belakang diatas yakni sebagai berikut :
a.       Apa yang dimaksud dengan pengertian kepribadian muslim?
b.      Bagaimana fitrah yang menjadi dasar kepribadian muslim?
c.       Hal-Hal apa saja yang menjadi faktor-pembentukan kepribadian muslim?
d.      Apa yang menjadi dasar / tujuan kepribadian muslim?
C.   Tujuan Masalah
Tujuan yang dicapai dalam pembuatan makalah Kepribadian Muslim adalah :
1.      Mahasiswa diharapkan mampu mengerti tentang apa yang dimaksud dengan kepribadian muslim.
2.      Mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang fitrah yang menjadi  dasar kepribadian muslim.
3.      Mahasiswa diharapkan mampu menganalisis faktor – faktor  pembentukan kepribadian muslim.
4.      Mahasiswa diharapkan mampu memecahkan sesuatu yang menjadi dasar / tujuan kepribadian muslim.


BAB II
PEMBAHASAN



A.    Pengertian Kepribadiaan Muslim
1.      Pengertian Kepribadian Muslim
Muslim berarti orang islam. Kata “islam” seakar dengan kata al- salâm. al-salm dan al-silm yang berarti damai dan aman; dan kata “al-salm”, “al-salâm” dan “al-salâmah” yang berarti  bersih dan selamat dari cacat, baik lahir maupun bathin. Orang yang berislam adalah orang menyerah, tunduk, patuh, dalam melakukan perilaku yang baik, agar hidupnya bersih lahir dan bathin yang pada gilirannya akan mendapatkan keselamatan dan kedamaian hidup di dunia dan akhirat.
Secara terminologi kepribadian muslim memiliki arti serangkaian perilaku normatif manusia, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial yang normanya diturunkan dari ajaran islam dan  bersumber dari Al-Quran dan al-Sunnah.[1] Arti dalam kamus besar bahasa Kepribadian atau “personality” berasal dari bahasa Yunani, yakni dari kata “proposon” yang berarti topeng (masker) yang biasa digunakan oleh bangsa Yunani kuno untuk bermain sandiwara, atau berasal dari bahasa Romawi “personao” yang berarti pemain drama (sandiwara).
Personality berasal dari kata “person” yang secara bahasa memiliki arti: (1) an individual human being (sosok manusia sebagai individu); (2) a common individual (individu secara umum); (3) a living human body (orang yang hidup); (4) self (pribadi); personal existence or identity (eksistensi atau identitas pribadi); dan (6) distinctive personal character (kekhususan karakter individu).
Sedangkan dalam bahasa Arab , pengertian etimologis kepribadian dapat dilihat dari pengertian dari term-term pandangannya. Seperti huwiyah, aniyah, dzattiyah, nafsiyyah, khuluqiyyah, dan syakhshiyyah sendiri.  Masing-masing term ini meskipun memiliki kemiripan makna dengan kata syakhshiyyah, tetapi memiliki keunikan tersendiri.Oleh sebab itu dirasa perlu untuk menjelaskan masing-masing term tersebut dan kemudian memilih satu diantaranya untuk mewakili pandangan term personality.[2]
Pertengahan abad XIX didakwahkan sebagai abad kelahiran psikologi kepribadian kontemporer didunia Barat. Saat inilah Psikologi Kepribadian (dalam arti, personologi) dinobatkan sebagai disiplin ilmu yang mandiri. Bersamaan abad ini pula, umat Islam telah bangun dari tidur panjangnya. Mereka mencoba berbenah diri untuk mengejar ketinggalan yang ada, khususnya dibidang sains. Oleh keadaan yang masih transisi inilah maka umat Islam kurang berminat menggali khazanahnya sendiri.
Mereka lebih muncul kemudian adalah diskursus-diskursus keilmuan Islam modern (baik filsafat maupun psikologi) lebih akrab menggunakan istilah syakhshiyyah (personality) dari pada khuluq (karakter). Pemilihan term ini bukan tidak beralasan bahkan suatu kesengajaan. Tujuan utamanya adalah agar diskursus ilmu keislaman lebih dikenal oleh dunia lain. Isi dan substansinya mencerminkan nilai-nilai universal Islam, sementara simbol dan “bungkus”nya mengadopsi dari Barat.
Perubahan semantik ini tidak mengubah konsep aslinya, sedangkan kedua term itu jelas-jelas dibedakan dalam diskursus psikologi. Terlebih lagi jika term itu dihadapkan pada orang awam, apakah hal itu tidak semakin memasukkannya kedalam “liang biawak”.
Nabi Adam a.s.. pertama kali diajarkan ilmu oleh Allah SWT hanya dengan asma’ (nama-nama) (QS Al Baqarah[2]:30).



Artinya : ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
 Bukankah hal ini menunjukkan pentingnya sebuah nama? Nama identik dengan terminologi, dan terminologi ekuivalen dengan konsep, sedangkan konsep merupakan produk penting dari akal budi manusia. Melalui sebuah nama seringkali seseorang menemukan gambaran mengenai karakteristik sesuatu, minimal mengetahui apa dan siapa yang diberi nama itu. Nama menunjukkan identitas dan eksis-nya sesuatu.[3]
Terlepas dari segala kelemahan dan kelebihan masing-masing term tersebut, penulisan dalam konteks ini lebih cenderung menggunakan istilah syakhshiyyah (lengkapnya syakhshiyyah islamiyah) untuk pandangan personality. Selain secara psikologis sudah popular, term ini mencerminkan makna kepribadian lahir dan batin. Ia tidak dipahami kecuali dengan makna kepribadian. Sedangkan khuluq memiliki ambiguitas makna, dan secara psikologis kurang popular didalam diskursus komtemporer. Pemilihan term ini hanya berkaitan dengan “penyebutan” bukan berkaitan dengan substansi konseptulnya.
Kata kepribadian telah menjadi kosa kata umum dalam percakapan sehari-hari, tidak jarang dari kita yang belum paham benar pengertian kepribadian secara etimologi maupun menurut pendapat para ahli.
Dalam literatur ilmu jiwa kata kepribadian secara etimologi berasal dari kata personality (bahasa Inggris) ataupun persona (bahasa latin), yang berarti kedok atau topeng. Yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain panggung, maksudnya untuk menggambarkan prilaku, watak, atau pribadi seseorang.
Sementara itu Drs. Suparlan Suryapratondo mengatakan, kata personality sebagai padanan kata kepribadian, selain berarti kedok atau topeng juga berarti menembus (personare). Maksudnya pemain sandiwara itu melalui kedoknya berusaha menembus keluar untuk mengekspresikan satu bentuk gambaran manusia tertentu.
 Tidak jauh berbeda apa yang ditulis Afifuddin.dkk, yang mengatakan:
Kepribadian atau “personality” berasal dari bahasa Yunani, yakni dari kata “proposon” yang berarti topeng (masker) yang biasa digunakan oleh bangsa Yunani kuno untuk bermain sandiwara, atau berasal dari bahasa Romawi “personao” yang berarti pemain drama (sandiwara).
Dari makna kata tersebut diatas kemudian terumuskan pengertian kepribadian, antara lain oleh Gordon W. allpert mengatakan: Kepribadian adalah oganisasi yang dimanis di dalam individu dari sistem-sistem psikophisik yang menentukan penyesuaian diri yang unik terhadap lingkungannya.
Drs. Agus sujanto, dkk merumuskan bahwa : Kepribadian adalah suatu totalitas psikophisik yang komplek dari individu, sehingga nampak di dalam tingkah lakunya yang unik.
Dalam jiwa kepribadian, Drs. Suparlan Suryapratondo menulis definisi kepribadian sebagai berikut: “Kepribadian adalah suatu totolitas terorganisir dari disposisi-disposisi psychis manusia yang individual, yang memberi kemungkinan untuk memperbedakan ciri-cirinya yang umum dengan pribadi lain.
Prof. F. Patty, MA. Dkk, dalam bukunya pengantar Psikologi Umum, menyusun definisi kepribadian dari berbagai segi yaitu: pengertian personality dari segi etimologi, filsafat, hukum, sosiologi, dan psikologi.
Dalam bahasan ini, penulis hanya akan memuat pengertian kepribadian dari segi psikologi. Pengertian menurut Prof. F. Patty MA.dkk, yang dikutip dari pendapat psikologi lain, diantaranya adalah Prince yang mengatakan:
“Kepribadian adalah jumlah dari keseluruhan unsur-unsur biologis, dorongan, kecenderungan, keinginan-keinginan dan naluri-naluri individu, dan juga disposisi serta kecenderungan yang berasal dari pengamalan.”
Pengertian kepribadian lainnya dikemukakan oleh Warren dan carmichel yang mengatakan:“Kepribadian adalah keseluruhan organisasi manusia pada setiap tingkat perkembangan.”
Selain Warren dan Carmichel, A. Geesell juga mengemukakan pengertian kepribadian sebagai berikut:“Kepribadian adalah suatu perwujudan yang menampakkan integritas dan ciri-ciri tingkah laku yang khas dari organisasi itu.”
Dalam hal ini bagaimana pengertian kepribadian muslim menurut konsepsi Islam untuk memperoleh kejelasan tentang kepribadian yang dimaksud, akan kita tinjau mengenai teori-teori tentang kepribadian terlebih dahulu. Kepribadian merupakan hasil dari suatu proses sepanjang hidup. Kepribadian tidak terbentuk secara mendadak, tetapi terbentuk melalui proses kehidupan yang panjang. Kepribadian bukan terjadi dengan serta merta, akan tetapi terbentuk melalui proses kehidupan yang panjang. Oleh karena banyak faktor yang ikut dalam bagian pembentukan kepribadian manusia tersebut. Dengan demikian, kepribadian seseorang itu baik atau buruk, kuat atau lemah, beradap atau biadab, sepenuhnya ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi dalam perjalanan hidup seseorang tersebut, disamping tentunya faktor pembawaan. Dalam hal ini pendidikan sangat besar peranannya dalam pembentukan kepribadian manusia atau anak didik
Secara definitif kepribadian itu dapat dirumuskan sebagai berikut:
·      Suatu perwujudan keseluruhan segi manusiawinya yang unik lahir batin dan dalam antar hubungannya dengan kehidupan sosial dan individualnya.
·      Organisasi dinamis daripada sistem-sistem psychophisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik(khas) dalam menyelesaikan dirinya dengan lingkungannya.
·      Kepribadian adalah keseluruhan dari ciri-ciri dan tingkah laku dari seseorang (characteristics and behavior). Sehingga kepribadian meliputi juga kecerdasan, kecakapan, pengetahuan, sikap, minat, tabiat, kelakuan, dan sebagainya.
Dari ketiga definisi tersebut nampak jelas bahwa kepribadian itu adalah hasil dari suatu proses kehidupan yang di jalani seseorang.Oleh karena proses yang dialami tiap orang itu berbeda-beda. Tak ada kepribadian yang sama antara dua orang individu, meskipun saudara kembar yang berasal dari satu sel telur sekalipun.
Yang di maksud dengan pengertian muslim adalah orang yang secara konsekuen bersikap hidup sesuai dengan ajaran Qur’an dan Sunnah.
Dari penjelasan diatas dapat diambil pengertian bahwa yang dimaksud dengan kepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspek aspeknya yakni baik tingkah laku luarnya, kegiatan-kegiatan jiwanya, maupun filsafat hidup dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada Tuhan penyerahan diri kepadanya.
B.     Fitrah sebagai dasar kepribadiaan muslim
manusia memiliki fitrah jasmani sebagai struktur biologis kepribadiannya dan juga memiliki struktur fitrah ruhani sebagai struktur psikologis kepribadiannya. Gabungan keduanya disebut dengan fitrah nafsani yang merupakan struktur psikopisik kepribadian manusia.
Fitrah nafsani memiliki tiga daya, yaitu
 (1) kalbu sebagai fitrah ilahiyah yang merupakan aspek supra kesadaran menusia yang berfungsi sebagai daya emosi (rasa);
 (2) akal sebagai fitrah insaniyah merupakan aspek kesadaran
menusia yang berfungsi sebagai daya kognitif (cipta);
(3) nafsu (fitrah) hayawaniyah sebagai aspek pra atau bawah kesadaran manusia yang berfungsi sebagai konasi (karsa). Ketiga komponen fitrah nafsani ini berintegrasi untuk mewujudkan suatu tingkah laku.


C.    Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kepribadiaan muslim
Kepribadian di dalam pembentukannya tidak terlepas dari berbagai faktor, baik faktor yang memang berasal dari dalam dirinya, atau faktor yang datang dari luar. Atau dengan kata lain, kepribadian yang dimiliki seseorang tidak hanya semata berasal dari dalam dirinya, melainkan perpaduan dari berbagai faktor luar yang saling terkait antara satu dengan lainnya. Adanya keterkaitan dari berbagai faktor yang tidak sama terhadap individu atau masyarakat, pada gilirannya melahirkan pernedaan kepribadian.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang, yaitu:
1.      Faktor Biologis
Yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani atau sering disebut faktor psikologis. Faktor ini berasal dari keturunan atau pembawaan yang dibawa sejak lahir. Yang mempunyai peranan pada beberapa unsur kepribadian dan mempengaruhi tingkah laku seseorang.
Keadaan seseorang turut mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang. Sebagai contoh ekstrim adalah seseorang yang mempunyai cacat jasmani biasanya mempunyai ras rendah diri, sehingga menjadi pemalu, pendiam, enggan bergaul. Demikian juga system (jaringan) saraf, kalenjer, dan sebagainya merupakan gangguan biologis, dapat mempengaruhi kepribadian seseorang, Seperti misalnya hipertensi dapat menyebabkan seseorang menjadi pemarah. Sebaliknya bila hipotensi bisa menjadikan seseorang mudah tersinggung.
2.      Faktor Psikologis
       Kepribadian seseorang dapat juga dipengaruhi oleh faktor psikologis, seperti perasaan, dorongan, dan minat. Sebagai contohnya adalah seseorang yang kondisi ekonominya lemah atau keluarga miskin, menyebabkan ia menjadi pemalu atau rendah diri.
3. Faktor Sosiologis
      Pembentukan kepribadian bisa terjadi karena pengaruh lingkungan sosialnya, seperti lingkungan pergaulannya. yang dimaksud faktor sosial adalah masyarakat, yakni manusia lain disekitar individu yang mempengaruhi  individu yang bersangkutan. Termasuk didalamnya adat istiadat peraturan yang berlaku dan bahasa yang digerakkan. Sejak anak dilahirkan  sudah mulai bergaul dengan orang sekitar. Pertama-tama dengan keluarga. Keluarga sebagai salah satu faktor sosial yang mempunyai posisi terdepan dalam memberikan pengaruh terhadap pembentukan kepribadian anak. Bagaimanpun juga keluarga terutama  orang tua adalah pembina pribadi pertama dalam hidup manusia sebelum mereka mengenal dunia luar.
Disamping keluarga, sekolah juga mempengaruhi pembentukan kepribadian anak. Bahkan sekolah dianggap sebagai faktor terpenting setelah keluarga, sekolah adalah merupakan jenjang kedua dalam pebentukan kepribadian muslim.
Dengan demikian nyatalah betapa besar pengaruh faktor sosial yang diterima anak dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari dari kecil sampai besar terhadap perkembangan dan pembentukan kepribadian seseorang.
4.      Faktor Budaya (material/non-material)
a.      Kebudayaan material yang ada disekitar kita bisa (tidak selalu) membentuk kepribadian seseorang, dikarenakan adanya kebiasaan untuk berhubungan dengan benda-benda tersebut, seperti:
1)      Orang bisa bersifat punktualistis (selalu mengindahkan/tepat waktu) karena ia mempunyai arloji sehingga setiap saat ia bisa memperhatikannya.
      2)      Orang bisa menjadi “alim” karena tempat tinggalnya berdekatan dengan mesjid. Setiap saat ia sembahyang ia selalu melihat orang disekitarnya pergi ke mesjid dengan berpakaian rapi, sopan, shaleh, takwa, dan beriman. Lama kelamaan terkenallah  ia sebagai orang yang alim dan shaleh.
b.      Kebudayaan  non-material (rohaniah) sebagai hasil cipta dan  rasa manusia yang berupa nilai-nilai, norma, ilmu pengetahuan, dan sebagainya sangat besar pengaruhnya terhadap kepribadian seseorang.[4]
Misalnya seseorang yang berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah, maka setiap ia menyikapi sesuatu, tentu menggunakan pandangan Al-Qur’an dan Sunnah.
Sebenarnya faktor kebudayaan ini termasuk pula didalamnya faktor social. Karena kebudayaan tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada masing-masing orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat dimana seseorang itu dibesarkan. Karena setiap kebudayaan mempunyai nilai yang harus dijunjung tinggi oleh manusia yang hidup dalam kebudayaan tersebut. Mentaati dan mematuhi nilai dalam kebudayaan itu menjadi kewajiban bagi setiap anggota masyarakat kebudayaan. Disamping  itu harus mempunyai kepribadian yang selaras dengan kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat.
5.      Faktor Lingkungan Alam Fisik
       Misalnya orang yang hidup didaerah pegunungan, umumnya sehat dan pemberani sedangkan yang berasal dari daerah tandus/gersang biasanya keras dan ulet. Lingkungan dalam hal ini lingkungan hidup manusia, yaitu segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang berpengaruh terhadap sifat-sifat dan pertumbuhan manusia yang bersangkutan. Oleh karena itu, lingkungan akan membentuk kepribadian dan kematangan seseorang.
      Alvin L Bertrand seorang Sosiolog menyebutkan minimal ada empat faktor yang turut mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang yaitu:
a.       Keturunan (warisan biologis)
b.      Lingkungan tempat
c.       Lingkungan social
d.      Lingkungan kebudayaan.[5]
Dari keempat faktor di atas, tentunya memiliki kuantitas dan kualitas berbeda dalam proses sosialisasi terhadap diri seseorang, bahkan proses sosialisasi itu sendirir bisa jadi memiliki perbedaan pula. Sehingga pada gilirannya pembentukan kepribadian seseorangpun dimungkinkan terjadinya perbedaan.
1)      Keturunan (Warisan Biologis)
Dikatakan warisan biologis, mengingat dalam pembentukan kepribadian seseorang melihat pada aspek psikis dan fisik seseorang. Warisan biologis atau dengan istilah lain disebut “hereditas” semisal naluri, bakat, perangai, termasuk pula bentuk tubuh, jenis kelamin, umur, dan sebagainya, adalah modal dasar kepribadian seseorang.
Berdasarkan faktor pembawaan masing-masing meliputi aspek jasmani dan rohani.Pada aspek jasmani seperti perbedaan bentuk fisik, warna kulit, dan cirri-ciri fisik lainnya.Sedangkan pada aspek rohaniah seperti sikap mental, bakat, tingkat kecerdasan, maupun sikap emosi.[6]
2)       Lingkungan tempat
      Lingkungan tempat adalah semacam lingkungan geografis. Termasuk lingkungan geografis ini wilayah atau daerah, iklim, cuaca di mana manusia tinggal. Lingkungan geografis ini tidak jarang mempunyai arti yang cukup penting dalam mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang atau masyarakat.
      Berbicara masalah pengaruh lingkungan geografis terhadap pembentukan kepribadian seseorang atau masyarakat. Ibnu Khaldun seorang filosof dan sosiolog Islam secara tegas dan panjang lebar melukiskan hal ini dalam kitabnya “al-I’tibar” (terjemahan Ibnu Khaldun tentang Sosial dan Ekonomi). Menurutnya “Manusia yang berdiam di daerah beriklim sedang, seimbang keadaanya, potongan badannya baik, warna kulitnya, sifat tabiatnya dan keadaan-keadaan lain pada umumnya.



3)      Lingkungan Sosial
Yang dimaksud lingkungan sosial di sini adalah pengaruh sosial dari seseorang terhadap individu atau kelompok terhadap individu, di mana pengaruh sosial ini sangat intend an penuh keikhlasan.
Pengaruh lingkungan social terhadap pembentukan kepribadian di sini hanya berdasar pengalaman kelompok sosial di mana seseorang berada. Kehidupan seseorang yang tinggal dan dibesarkan dalam kelompok sosial “Panti Asuhan” dengan berbagai ketentuan dan aturan yang berlaku dalam kelompok social, sedikit banyak berpengaruh terhadap kepribadiaannya. Sebab di tempat kelompok sosial inilah dia belajar loyalitas, simpati, respon, pengabdian dan bekerjasama dengan ciri-ciri atau sifat-sifat kepribadian lainnya.
4)      Lingkungan Kebudayaan
      Lingkungan budaya ini tidak jarang menimbulkan pengaruh yang cukup besar terhadap pembentukan kepribadian seseorang.dan bahkan tidak menutup kemungkinan, lingkungan yang satu ini sering menjadi kambing hitam dari terbentuknya kepribadian seseorang.
      Proses seseorang untuk membentuk kepribadiannya sesuai dengan yang dimilikinya, tidak semudah yang diharapkan. Kadangkala ia mengalami berbagai benturan. Untuk ini ia harus pula memperhatikan kepribadian orang lain disekitarnya, apalagi kepribadia itu sudah dibentuk berdasarkan pada budaya yang ada disekitarnya. Karena itu dengan melihat kepribadian orang lain (lingkungan budaya) di sekitarnya adalah sangat penting sekali untuk membentuk dirinya menjadi manusia yang berkepribadian sesuai dengan kepribadian orang lain (masyarakat) yang ada disekitarnya.
      Berbarengan dengan moment-moment diatas, proses sosialisasi juga berlangsung. Orang harus mempelajari norma, dan nilai yang berlaku di tengah masyarakat yang dihadapinya guna menjalani proses pemasyarakatan. Dalam kaitan ini diperlukan adanya penyesuaian (adaptasi) kepribadian yang asli (warisan biologis) dengan jalan melihat pada kepribadian orang lain yang berada di luar dirinya, apakah dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, atau masyarakat luas. Sejalan berlangsungnya proses enkulturasi, yaitu proses yang dijalani seseorang dari mulai masa bayi terus tumbuh dan berkembang, berhubungan, mengenal dan menyesuaikan diri dengan lingkungan budaya yang ada disekitarnya, dimana pola-pola dan cita-cita itu membentuk kepribadiannya. Bahkan akhirnya, pola dan cita-cita tersebut menjadi miliknya pula. Ia merasakan sudah menyatu dengan situasi dan kondisi lingkungan budaya yang berada di sekitarnya.
      Lingkungan budaya yang berada di luar dirinya, sedikit banyak turut memaksa terhadap kepribadian asli (warisan biologis) yang ada dalam dirinya. Seseorang tidak bebas sewenang-wenang berjalan sesuai dengan konsep kepribadian yang ada dalam dirinya. Ia harus sadar, melihat pada kenyataan bahwa, konsep kepribadian yang selama ini telah dilakukannya bertentangan dengan konsep kepribadian yang ada di luar dirinya. Dia harus mampu menyesuaikan konsep kepribadiannya dengan konsep kepribadian yang ada diluar dirinya. Kalau konsep yang ada diluar dirinya dilakukannnya, maka ia akan mendapat pujian, atau paling tidak dia aman dari gunjingan orang lain, tetapi seandainya konsep kepribadian yang dikembangkannya tidak sejalan atau bahkan bertentangan dengan konsep kepribadian yang ada diluar dirinya, dalam masyarakatnya, maka tidak mustahil akan mendapat hukuman, berupa celaan dan hinaan.
      Itulah sebabnya setiap orang yang ingin mengembangkan kepribadian yang dimilikinya (warisan biologis/hereditas), sedikit banyak akan menemukan kesulitan, mengingat konsep kepribadian yang dimilikinya itu tidak sepenuhnya sejalan dengan konsep kepribadian yang ada dan berkembang dalam masyarakat.
      Kemungkinan itu selalu ada, sebab setiap manusia tidak selalu memiliki kepribadian yang sama. Justru di sinilah letaknya, seseorang harus sadar diri, bercermin pada lingkungan budaya yang berada di luar dirinya. Untuk kemudian kepribadian yang dimilikinya itu disesuaikan (adjustment) dengan lingkungan budaya yang berlaku ditengah masyarakat.
      Selain ke empat faktor diatas, faktor lain yang juga turut menjadi faktor penentu dalam pembentukan kepribadian seseorang, diantaranya ajaran agama, pendidikan, penglaman dan cita-cita, dan lainnya.

a)      Ajaran Agama
      Menurut Soerjono Soekanto “agama juga mempunyai pengaruh yang besar untuk membentuk kepribadian seseorang individu. Terlepas agama yang dimaksud disini apakah agama samawi atau agama budaya, bahkan termasuk semua kepercayaan yang dimiliki oleh individu atau masyarakat yang bersangkutan.
      Adanya ketergantungan dengan dunia luar, dalam hal ini sesuatu yang gaib, yang dianggap super dalam istilah lain disebut “Tuhan”, akan mendorong seseorang untuk menuruti ketentuan terhadap “sesuatu” yang diyakini menjadi aturan main untuk mencapai atau mendekati Tuhan. Karena itu hamper setiap agama punya ajaran yang merupakan pedoman, jalan, untuk mencapai kebahagiaan pengikutnya.
b)      Pendidikan
      Konsep pendidikan yang dikehendaki di sini adalah adanya kesengajaan oleh pihak tertentu untuk memberikan pengetahuan atau keterampilan kepada seseorang.
c)      Pengalaman
      Pengalaman kehidupan bisa merubah pola tingkah laku kehidupan seseorang untuk menjadi lebih baik atau bisa juga terjadi sebaliknya akan menjadi buruk, disebabkan pengalaman yang didapatkannya dalam pergaulan kehidupannya.
d)     Cita-cita
Cita-cita seseorang boleh jadi akan merubah masa depannya untuk menjadi lebih baik, tetapi kalau cita-citanya buruk itu juga akan berpengaruh buruk kepada dirinya. Namun pada kenyataannya cita-cita itu banyak mengarah kepada positif untuk  kehidupan yang lebih baik bagi masa depannya.

D.    Kepribadian muslim sebagai tujuan pendidikan Islam
Menjadi diri sendiri harus dimulai dari nalar berpikir kearah mana tujuan hidup individu selama dia hidup. Adapun tujuan yang diinginkan dalam membentuk kepribadian yaitu:
a.       Membentuk sikap disiplin terhadap waktu,
b.      Mampu mengendalikan hawa nafsu,
c.       Memelihara diri dari perilaku menyimpang,
d.      Mengarahkan hidup menuju kepada kebaikan dan tingkah laku yang benar,
e.       Mempelajari perubahan-perubahan dalam gaya hidup,
f.      Meningkatkan pengertian diri, nilai-nilai diri, kebutuhan diri, agar dapat    membantu orang lain melakukan hal yang sama, dan
g.     Mengembangkan perasaan harga diri  dan percaya diri melalui aspek dukungan dan tanggung jawab yang bersifat timbal balik.
Dalam islam, pendidikan mengacu pada tujuan hidup manusia itu sendiri. Dalam hakikat tujuan hidup manusia adalah mengabdikan dirinya pada Tuhan, dengan penyerahan mutlak. Dengan kata lain sorang muslim selalu mengaitkan segala aktifitas kegiatannya dengan melihat dan menyesuaikannya di atas ketentuan norma – norma yang ditetapkan Allah.
            Pendidikan islam adalah sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya, sesuai dengan cita-cita islam karena nilai-nilai islam telah menjiwai kepribadian seseorang dan mempedomani kehidupan manusia muslim dalam aspek duniawi dan ukhrawi.[7]
Muhammad Omar al-Toumy al-Syaibani mengatakan, bahwa tujuan pendidikan islam adalah untuk mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai nilai akhlak al-karimah.
Adapun beberapa tujuan dalam pendidikan islam antara lain:[8]
a.    Membimbing manusia agar dapat menempatkan diri dan berperan sebagai individu yang taat dalam menjalankan ajaran agama allah,
b.    Pembentuk sikap takwa,
c.    Menumbuhkan pola kepribadian manusia yang sempurna,
d.    Menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berbudi luhur menurut ajaran islam,
e.    Penguasaan ilmu terhadap agama islam,
f.     Mencapai keseimbangan pertumbuhan pribadi manusia secara menyeluruh melalui latihan-latihan kejiwaan, akal pemikiran, kecerdasan, dan pancaindra,
g.    Pembentuk kepribadian yang akhlakul karimah,
h.    Menopang keselamatan dan kesejahteraan hidup didunia sesuai dengan perintah syari’at islam, dan  
i.     Memiliki keterampilan yang serasi dengan bakat yang dimiliki.
Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan atau sasaran atau maksud, dalam bahasa arab dinyatakan dengan ghayat atau  maqasid. Sedangkan dalam bahasa inggris, istilah tujuan dinyatakan dengan goal atau aim. Secara umum istilah-istilah itu mengandung pengertian yang sama, yaitu perbuatan yang diarahkan kepada suatu tujuan tertentu, atau arah, maksud yang hendak dicapai melalui upaya atau aktifitas.[9]
Tujuan pendidikan Islam secara umum adalah untuk mencapai tujuan hidup muslim, yakni menumbuhkan kesadaran manusia sebagai makhluk Allah SWT agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berakhlak mulia dan beribadah kepada-Nya.[10]
Menurut Zakiah Daradjat Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya, yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi "insan kamil" dengan pola taqwa. Insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup berkembang secara wajar dan normal karena taqwanya kepada Allah SWT.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kepribadian muslim sebagai tujuan pendidikan Islam yang dimaksud yaitu seseorang yang berperilaku/berkepribadian sesuai dengan ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits agar menjadi insan kamil.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kepribadiaan adalah Suatu perwujudan keseluruhan segi manusiawinya yang unik lahir batin dan dalam antar hubungannya dengan kehidupan sosial dan individualnya.Organisasi dinamis daripada sistem-sistem psychophisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik(khas) dalam menyelesaikan dirinya dengan lingkungannya.Kepribadian adalah keseluruhan dari ciri-ciri dan tingkah laku dari seseorang (characteristics and behavior). Sehingga kepribadian meliputi juga kecerdasan, kecakapan, pengetahuan, sikap, minat, tabiat, kelakuan, dan sebagainya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang, yaitu:
1.       Faktor Biologis
2.       Faktor Psikologis
3.       Faktor sosiologi
4.       Faktor Budaya ( Material/Non-Material)
5.       Faktor Lingkungan Alam Fisik
Bahwasanya kepribadian  seseorang tumbuh dan berkembang atas dua kekuatan, yaitu kekuatan dari dalam yang berupa faktor biologis, dan faktor psikologis dan kekuatan dari luar yang berupa faktor sosiologis,faktor kebudayaan dan faktor lingkungan alam. Dalam hal ini Ki Hajar Dewantara menggunakan faktor ajar bagi faktor eksteral dan faktor dasar bagi faktor intern.
Tujuan pendidikan Islam secara umum adalah untuk mencapai tujuan hidup muslim, yakni menumbuhkan kesadaran manusia sebagai makhluk Allah SWT agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berakhlak mulia dan beribadah kepada-Nya.



DAFTAR  PUSTAKA
Arifin M, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1994).
Bastaman Hanna Djumhana, Integrasi Psikologi dengan Islam,menuju Psikologi Islami(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1995)
Chasanah Siti Uswatun, Membentuk Kepribadian Islam       http://oezs harming. blogspot. com/2012/04/pembentukan-kepribadian-dalam. html.
Gunawan Ary H., Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rineke Cipta, 2010)
Jalaludin, Teologi Pendidikan Islam, Edisi Redivi, (Jakarta : raja Grafindo Persada 2003)
Mujib Abdul, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006)
Mujib Abdul, Kepribadiaan Dalam Psikologi Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007)
Mujib Abdul, Kepribadian dalam psikologi islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006).
Radiansyah, Sosiologi Pendidikan (Banjarmasin : IAIN ANTASARI PRESS, 2012)
Ramayulis, Metedologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), Cet Ke-VI







Footnote


[1] Siti Uswatun Chasanah, “Membentuk Kepribadian Islam”, di akses pada tanggal 15 Oktober 2012 dalam http://oezs-charming.blogspot.com/2012/04/pembentukan-kepribadian-dalam.html.
[2]Abdul mujib, Kepribadiaan Dalam Psikologi Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007,hlm.18 – 19).
[3] Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam, menuju Psikologi Islami (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1995, hlm, 3)
[4]Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rineke Cipta, 2010), h. 60-61
[5] Radiansyah, Sosiologi Pendidikan (Banjarmasin : IAIN ANTASARI PRESS, 2012) h.55
[6] Jalaludin, Teologi Pendidikan Islam, Edisi Revisi (Jakarta : raja Grafindo Persada 2003) h. 137
[7] M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1994).
[8] Abdul Mujib, Kepribadian dalam psikologi islam(jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006).

[9]Ramayulis, Metedologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), Cet Ke-VI, h. 29.
[10]Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), h. 78.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

SOSIALISASI

Cari Blog Ini

Makalah Kuliah

Paling Dilihat

Post Top Ad

Responsive Ads Here